Minggu, 01 Mei 2011

1. Defenisi
Penyakit jantung rematik merupakan gejala sisa dari Demam Rematik (DR)
akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A.
Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit
jantung didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia.
2. Etiologi
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu
mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun
serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa
predisposisi antara lain :
a. Terdapat riwayat demam rematik dalam keluarga
b. Umur
Sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan jarang pada umur kurang dari
2 tahun.
c. Kedaan sosial
Sering terjadi pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi kurang,
perumahan buruk dengan penghuni yang padat serta udara yang lembab,
dan gizi serta kesehatan yang kurang baik.
d. Musim
Di Negara-negara dengan 4 musim, terdapat insiden yang tinggi pada
akhir musim dingin dan permulaan semi (Maret-Mei) sedangkan insiden
paling rendah pada bulan Agustus – September.
e. Dsitribusi daerah
f. f. Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang DR sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus betahemolyticus
grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah
mendapat DR.
3. Patofisiologi
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), DR terjadi karena
terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan tubuh
manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh
Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini
segera terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini
sama maka antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh
dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody
terhadap jaringan jantung dalam serum penderiat DR dan jaringan myocard
yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian DR
ialah stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus betahemolyticus
grup A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard.
Beberapa di antara berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk
waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum
imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah mendapat radang
streptococcal terutama Ig G dan A.
4. Manifestasi Klinik
Dihubungkan dengan diagnosis, manifestasi klinik pada DR akut dibedakan
atas manifestasi mayor dan minor.
a. Manifestasi Mayor
1) Karditis. Karditis reumatik merupakan proses peradangan aktif yang
mengenai endokardium, miokardium, dan pericardium. Gejala awal
adalah rasa lelah, pucat, dan anoreksia. Tanda klinis karditis meliputi
takikardi, disritmia, bising patologis, adanya kardiomegali secara
radiology yang makin lama makin membesar, adanya gagal jantung,
dan tanda perikarditis.
2) Artritis. Arthritis terjadi pada sekitar 70% pasien dengan demam
reumatik, berupa gerakan tidak disengaja dan tidak bertujuan atau
inkoordinasi muskuler, biasanya pada otot wajah dan ektremitas.
3) Eritema marginatum. Eritema marginatum ditemukan pada lebih
kurang 5% pasien. Tidak gatal, macular, dengan tepi eritema yang
menjalar mengelilingi kulit yang tampak normal.tersering pada batang
tubuh dan tungkai proksimal, serta tidak melibatkan wajah.
4) Nodulus subkutan. Ditemukan pada sekitar 5-10% pasien. Nodul
berukuran antara 0,5 – 2 cm, tidak nyeri, dan dapat bebas digerakkan.
Umumnya terdapat di permukaan ekstendor sendi, terutama siku, ruas
jari, lutut, dan persendian kaki.
b. Manifestasi Minor
Manifestasi minor pada demam reumatik akut dapat berupa demam
bersifat remiten, antralgia, nyeri abdomen, anoreksia, nausea, dan muntah.
5. Pemeriksaan Diagnostik/peninjang
a. Pemeriksaan darah
1) LED tinggi sekali
2) Lekositosis
3) Nilai hemoglobin dapat rendah
b. Pemeriksaan bakteriologi
1) Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.
2) Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti
hyaluronidase.
c. Pemeriksaan radiologi
Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan
jantung.
6. Diagnosis
Diagnosis demam reumatik akut ditegakkan berdasarkan kriteria Jones yang
telah direvisi. Karena patologis bergantung pada manifestasi klinis maka pada
diagnosis harus disebut manifestasi kliniknya, misalnya demam rematik
dengan poliatritis saja. Adanya dua kriteria mayor, atau satu mayor dan dua
kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam rematik akut, jika
didukung oleh bukti adanya infeksi sterptokokus grup A sebelumnya.
7. Komplikasi
a. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan
terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi
keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena
kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur
jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau
gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu
dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah
menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati
penyakit primer.
b. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari
reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum
pericard.
8. Pengobatan/penatalaksanaan
Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus betahemolyticus
grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada
radang tersebut. Ini dapat berupa :
a. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan
dengan pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi
terhadap penicillin.
b. Obat anti rematik
Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna
untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.
c. Diet
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
d. Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk
jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada
kasus DR minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata
3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada
serta kemajuan perjalanan penyakit.
e. Obat-obat Lain
Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi
kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea
diberikan largactil dan lain-lain.
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik rutin
b. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti-bukti infeksi
streptokokus antesenden.
c. Observasi adanya manifestasi demam rematik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi
myocardium
b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi
penyakit.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
d. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Rencana Keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi
myocardium
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.
Intervensi
1) Beri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan
yang sudah ditentukan untuk mencegah toksisitas.
2) Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia,
bradikardia, disritmia)
3) Seringkali diambil strip irama EKG
4) Jamin masukan kalium yang adekuat
5) Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia
6) Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi Dapat
meningkatkan curah jantung
Rasional
1) Untuk mencegah terjadinya toksisitas
2) Mengkaji status jantung
3) Penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoksin
b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi
penyakit.
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37’ C)
Intervensi
1) Kaji saat timbulnya demam
2) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam
3) Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu
tubuh
4) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang
dilakukan
5) Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal
tersebut tidak dilakukan
6) Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari
dan jelaskan manfaatnya
7) Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis
8) Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi
Rasional
1) Dapat diidentifikasi pola/tingkat demam
2) Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum
klien
3) Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu
mengurangi kecemasan klien dan keluarga
4) Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk
lebih kooperatif
5) Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien
di RS
6) Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
7) Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis
akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
8) Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat
meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati
suhu normal
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Tujuan : ebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan
makanan yang telah disediakan.
Intervensi
1) Kaji faktor-faktor penyebab
2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
3) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak
muntah teruskan
4) Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
5) Ukur BB setiap hari
6) Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
Rasional
1) Penentuan factor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan
selanjutnya
2) Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien
termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
3) Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan
4) Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
5) BB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
6) Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi klien
d. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang nyeri
(1-10), tetapkan tipe nyeri dan respon pasien terhadap nyeri yang
dialami
2) Kaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri
3) Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang
4) Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasian dari
rasa nyeri (libatkan keluarga)
5) Berikan kesempatan pada klien untuk berkomunikasi dengan teman/
orang terdekat
6) Berikan obat-obat analgetik sesuai instruksi Untuk mengetahui berapa
tingkat nyeri yang dialami
Rasional
1) Reaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai factor
begitupun juga respon individu terhadap nyeri berbeda dab bervariasi
2) Mengurangi rangsang nyeri akibat stimulus eksternal
3) Dengan melakukan aktifitas lain, klien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami
4) Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat
pasien gembira / bahagia dan dapaty mengalihkan perhatiannya
terhadap nyeri
5) Mengurangi nyeri dengan efek farmakologik
Sumber : http://stikep.blogspot.com
Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep
Daftar Pustaka
Arief Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Penerbit Media esculapius
FKUI. Jakarta.
Smeltzer Bare, dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Wong Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 askep. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.